LEPASKAN DIRI DARI CINTA DUNIA
Oleh: Tri Rahmawati, Alumni T. Lingkungan ITS
Akan datang masa dimana kamu diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkuk.
Rasulullah yang mulia adalah contoh seorang pemimpin yang sangat dicintai umatnya; seorang suami yang menjadi kebanggaan kelurganya; pengusaha yang dititipi dunia tapi tak diperbudak oleh dunia karena beliau adalah orang yang sangat terpelihara hatinya dari silaunya dunia. Tidak ada cinta terhadap dunia kecuali cinta terhadap Allah. Kalaupun ada cinta terhadap dunia, hakikatnya itu adalah cinta karena Allah. Inilah salah satu rahasia sukses Rasulullah.
Apa yang dimaksud dengan dunia? Firman-Nya, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan… Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid [57]:20)
Dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah SWT. Misalnya mengerjakan shalat, saum dan sedekah tetap dikatakan urusan dunia jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah SWT.
Sebaliknya, orang yang sibuk siang malam mencari uang untuk didistribusikan kepada yang memerlukan atau untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk mengharapkan ridho Allah SWT walau aktivitasnya seolah dunia, maka hal itu bukanlah urusan dunia.
Bagaimana cirri orang yang cinta dunia? Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati.
Ciri lainnya adalah takut kehilangan. Seperti orang yang bersandar ke kursi, maka akan takut sandarannya diambil. Orang yang bersandar ke pangkat atau kedudukan, maka ia akan takut pangkat atau kedudukannya diambil. Oleh sebab itu, pecinta dunia itu tidak pernah merasa bahagia.
Rasulullah yang mulia, walau dunia lekat dan mudah baginya, tetapi semua itu tidak pernah sampai mencuri hatinya. Misalnya, saat pakaian dan kuda terbaik ada yang meminta, Beliau memberikannya dengan ringan. Beliau juga pernah menyedekahkan kambing satu lembah. Inilah yang membuat Beliau tak pernah terpikir untuk berbuat aniaya.
Semua yang ada di langit dan di bumi titipan Allah semata. Kita tidak mempunyai apa-apa. Hidup di dunia hanya mampir sebentar saja. Terlahir sebagai bayi, membesar sebentar, semakin tua dan akhirnya mati. Kemudian terlahir manusia berikutnya, begitu seterusnya.
Bagi orang-orang yang telah sampai pada keyakinan bahwa semua titipan Allah dan total milik-Nya, ia tidak akan pernah sombong, minder, iri atupun dengki. Sebaliknya, ia akan selalu siap titipannya diambil oleh pemiliknya, karena segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tidak ada artinya. Harta, gelar, pangkat, jabatan dan popularitas tidak aka nada artinya jika tidak digunakan di jalan Allah. Hal yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Oleh sebab itu, jangan pernah keberadaan atau tiadanya “dunia” ini meracuni hati kita. Jika memiliki harta dunia, jangan sampai sombong, dan jika tidak adanya pun, tidak perlu minder.
Kita harus meyakini bahwa siapa pun yang tidak pernah berusaha melepaskan dirinya dari kecintaan terhadap dunia, maka akan sengsara hidupnya. Mengapa? Sumber segala fitnah dan kesalahan adalah ketika seseorang begitu mencintai dunia. Semoga Allah mengkaruniakan pada kita nikmatnya hidup yang tak terbelenggu oleh dunia. Wallahu a’lam.
Assalaamu'alaykum..
BalasHapuspermisi ukh,ane mampir di sini...
link blog ane ya...
http://fauzanprawiraekoputra.wordpress.com/
sering nulis di blogger ternyata..
BalasHapus